Editorial
Kemajuan pengobatan kanker payudara saat ini tidak terlepas dari perkembangan teknik pemeriksaan biomolekuler. Selama ini, pengobatan kanker didasarkan pada parameter konvensional seperti staging sistem TNM dan gambaran morfologi kanker seperti grading, ekspresi reseptor estrogen, ekspresi resepto...
Saved in:
| Main Author: | |
|---|---|
| Format: | Article |
| Language: | English |
| Published: |
Dharmais Cancer Hospital - National Cancer Center
2012-07-01
|
| Series: | Indonesian Journal of Cancer |
| Online Access: | https://www.indonesianjournalofcancer.or.id/e-journal/index.php/ijoc/article/view/199 |
| Tags: |
Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
|
| Summary: | Kemajuan pengobatan kanker payudara saat ini tidak terlepas dari perkembangan teknik pemeriksaan biomolekuler. Selama ini, pengobatan kanker didasarkan pada parameter konvensional seperti staging sistem TNM dan gambaran morfologi kanker seperti grading, ekspresi reseptor estrogen, ekspresi reseptor progesterone, dan gambaran infiltrasi pada sistem limfatik. Setelah ditemukan pemeriksaan genetic array, ditemukan bahwa pemberian kemoterapi berdasarkan cara konvensional di atas cenderung berlebihan. Banyak pasien yang ternyata tidak memerlukan kemoterapi. Bahkan, pada beberapa kasus pemberian kemoterapi justru memperburuk keadaan pasien tanpa keuntungan survival.
Masalah yang dihadapi saat ini adalah belum ada faktor prediktif yang benar-benar dapat dipakai dalam menentukan secara tepat terapi untuk pasien kanker payudara sehingga ditakutkan overtreatment bila diberikan kemoterapi atau undertreatment bila diberikan terapi hormonal. Status hormonal reseptor estrogen dan reseptor progesteron merupakan faktor prediktor yang baik untuk terapi hormonal. Banyak penelitian acak terkontrol yang menunjukkan bahwa pasien cukup diterapi hormonal saja tanpa kemoterapi apabila kanker payudara mengekspresikan salah satu reseptor tersebut, terutama untuk kasus postmenopause. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa terapi hormon dapat mencapai angka survival yang sama dibandingkan dengan kemoterapi.1,2,3,4 Terdapat respons 30-70% terhadap terapi hormonal pada kanker payudara yang mengekspresikan salah satu reseptor hormonal.5,6,7 Respons tersebut akan lebih besar apabila faktor prediktor ini digabungkan dengan faktor prediktor lain seperti reseptor HER2/Neu dan KI-67. Untuk pasien tipe luminal A (ER+, PR+, HER2/Neu-, KI-67<14%8), ternyata sesuai dengan low risk score pada Oncotype DX. Untuk kanker payudara tipe luminal B (ER+, PR+, HER2/Neu-, KI-67>14%), atau pada pasien tipe basal, atau tipe HER2/Neu+ yang diberikan kemoterapi justru memiliki survival yang lebih pendek apabila pasien dalam kelompok ini didapatkan ekspresi protein RAD21 cohesin.9
Data tersebut memberikan informasi penting bahwa terdapat kelompok pasien yang memang hanya memerlukan terapi hormonal. Terdapat pula kelompok pasien yang apabila diberikan kemoterapi tidak memperpanjang survival, namun justru memperpendek.9,10
Dengan penurunan cut point off reseptor estrogen dan progesteron dari 10% menjadi 1% nuclear staining, diperkirakan akan lebih banyak lagi pasien yang mendapatkan terapi hormonal.11
Apabila pemeriksaan genetic microarray digunakan sebagai prediktor maka untuk kasus kanker payudara stadium I dan II yang mengekspresikan reseptor estrogen, kemoterapi hanya berguna pada 25% kasus.10 Data ini juga menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan pengurangan penggunaan kemoterapi dan peningkatan jumlah pasien yang hanya diberikan terapi hormonal.
|
|---|---|
| ISSN: | 1978-3744 2355-6811 |