Placemaking di Kolong Jalan Layang: Fenomena Penggunaan “Lost Space” Untuk Taman Kota

Penelitian ini mengkaji fenomena placemaking yang unik di Bandung dengan fokus pada transformasi lost space di bawah Jalan Layang Pasupati menjadi area publik formal yang dikenal sebagai "Taman Film Kota Bandung". Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi proses perkembangan dan faktor...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Authors: Dheamyra Aysha Ihsanti, Sugiyantoro Sugiyantoro
Format: Article
Language:Indonesian
Published: Diponegoro University 2024-12-01
Series:Jurnal Pembangunan Wilayah dan Kota
Subjects:
Online Access:https://ejournal.undip.ac.id/index.php/pwk/article/view/65149
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
_version_ 1832576402763808768
author Dheamyra Aysha Ihsanti
Sugiyantoro Sugiyantoro
author_facet Dheamyra Aysha Ihsanti
Sugiyantoro Sugiyantoro
author_sort Dheamyra Aysha Ihsanti
collection DOAJ
description Penelitian ini mengkaji fenomena placemaking yang unik di Bandung dengan fokus pada transformasi lost space di bawah Jalan Layang Pasupati menjadi area publik formal yang dikenal sebagai "Taman Film Kota Bandung". Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi proses perkembangan dan faktor-faktor pendorong placemaking di ruang yang terabaikan, yang merupakan residu dari pembangunan jalan layang di pusat Kota Bandung. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, penelitian ini memanfaatkan wawancara semi-terstruktur dengan sembilan informan, termasuk penduduk setempat dan pejabat pemerintah, yang dipilih melalui metode snowball sampling, serta observasi lapangan. Analisis data melibatkan analisis konten dari transkrip wawancara dan perbandingan dengan temuan observasi. Studi ini mengungkapkan dua aspek kunci: lokasi placemaking yang tidak biasa dan proses kolaboratifnya. Berbeda dengan inisiatif placemaking pada umumnya yang menargetkan ruang perkotaan yang telah ditetapkan secara formal, kasus ini secara unik mengalihfungsikan area di bawah jalan layang, mengubahnya dari ruang ilegal menjadi fungsi perkotaan formal yang terintegrasi. Proses ini didorong oleh kolaborasi pemangku kepentingan, terutama upaya yang diprakarsai masyarakat untuk mengubah lokasi aktivitas ilegal menjadi ruang positif bagi keterlibatan generasi muda. Kolaborasi ini semakin intensif seiring berkurang atau berakhirnya keterlibatan pemerintah di lokasi tersebut. Penelitian ini berkontribusi pada pemahaman tentang pemanfaatan ruang perkotaan yang inovatif dan placemaking yang digerakkan oleh masyarakat dalam konteks perkotaan yang sedang berkembang.
format Article
id doaj-art-4b8ef6196d9147e294d656cdfda8c63f
institution Kabale University
issn 1858-3903
2597-9272
language Indonesian
publishDate 2024-12-01
publisher Diponegoro University
record_format Article
series Jurnal Pembangunan Wilayah dan Kota
spelling doaj-art-4b8ef6196d9147e294d656cdfda8c63f2025-01-31T06:03:41ZindDiponegoro UniversityJurnal Pembangunan Wilayah dan Kota1858-39032597-92722024-12-0120447448810.14710/pwk.v20i4.6514925087Placemaking di Kolong Jalan Layang: Fenomena Penggunaan “Lost Space” Untuk Taman KotaDheamyra Aysha Ihsanti0Sugiyantoro Sugiyantoro1Institut Teknologi Bandung, IndonesiaInstitut Teknologi Bandung, IndonesiaPenelitian ini mengkaji fenomena placemaking yang unik di Bandung dengan fokus pada transformasi lost space di bawah Jalan Layang Pasupati menjadi area publik formal yang dikenal sebagai "Taman Film Kota Bandung". Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi proses perkembangan dan faktor-faktor pendorong placemaking di ruang yang terabaikan, yang merupakan residu dari pembangunan jalan layang di pusat Kota Bandung. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, penelitian ini memanfaatkan wawancara semi-terstruktur dengan sembilan informan, termasuk penduduk setempat dan pejabat pemerintah, yang dipilih melalui metode snowball sampling, serta observasi lapangan. Analisis data melibatkan analisis konten dari transkrip wawancara dan perbandingan dengan temuan observasi. Studi ini mengungkapkan dua aspek kunci: lokasi placemaking yang tidak biasa dan proses kolaboratifnya. Berbeda dengan inisiatif placemaking pada umumnya yang menargetkan ruang perkotaan yang telah ditetapkan secara formal, kasus ini secara unik mengalihfungsikan area di bawah jalan layang, mengubahnya dari ruang ilegal menjadi fungsi perkotaan formal yang terintegrasi. Proses ini didorong oleh kolaborasi pemangku kepentingan, terutama upaya yang diprakarsai masyarakat untuk mengubah lokasi aktivitas ilegal menjadi ruang positif bagi keterlibatan generasi muda. Kolaborasi ini semakin intensif seiring berkurang atau berakhirnya keterlibatan pemerintah di lokasi tersebut. Penelitian ini berkontribusi pada pemahaman tentang pemanfaatan ruang perkotaan yang inovatif dan placemaking yang digerakkan oleh masyarakat dalam konteks perkotaan yang sedang berkembang.https://ejournal.undip.ac.id/index.php/pwk/article/view/65149bandung, ruang terabaikan, placemaking, ruang publik, taman kota
spellingShingle Dheamyra Aysha Ihsanti
Sugiyantoro Sugiyantoro
Placemaking di Kolong Jalan Layang: Fenomena Penggunaan “Lost Space” Untuk Taman Kota
Jurnal Pembangunan Wilayah dan Kota
bandung, ruang terabaikan, placemaking, ruang publik, taman kota
title Placemaking di Kolong Jalan Layang: Fenomena Penggunaan “Lost Space” Untuk Taman Kota
title_full Placemaking di Kolong Jalan Layang: Fenomena Penggunaan “Lost Space” Untuk Taman Kota
title_fullStr Placemaking di Kolong Jalan Layang: Fenomena Penggunaan “Lost Space” Untuk Taman Kota
title_full_unstemmed Placemaking di Kolong Jalan Layang: Fenomena Penggunaan “Lost Space” Untuk Taman Kota
title_short Placemaking di Kolong Jalan Layang: Fenomena Penggunaan “Lost Space” Untuk Taman Kota
title_sort placemaking di kolong jalan layang fenomena penggunaan lost space untuk taman kota
topic bandung, ruang terabaikan, placemaking, ruang publik, taman kota
url https://ejournal.undip.ac.id/index.php/pwk/article/view/65149
work_keys_str_mv AT dheamyraayshaihsanti placemakingdikolongjalanlayangfenomenapenggunaanlostspaceuntuktamankota
AT sugiyantorosugiyantoro placemakingdikolongjalanlayangfenomenapenggunaanlostspaceuntuktamankota