Perubahan Institusi Militer di Sumatera Tengah Menjelang Akhir Revolusi

Tulisan ini membicarakan perubahan dalam dunia militer di Sumatera Tengah pada masa perang mempertahankan kemerdekaan Indonesia. TKR yang dibentuk pada tanggal 5 Oktober 1945 memiliki dua komandemen, yaitu Komandemen Jawa dan Komandemen Sumatera. Komandemen Sumatera terdiri atas enam divisi, salah s...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: Syafrizal Syafrizal
Format: Article
Language:English
Published: Laboratorium Sejarah, Department of History, Universitas Andalas 2023-07-01
Series:Analisis Sejarah
Subjects:
Online Access:http://jas.fib.unand.ac.id/index.php/JAS/article/view/112
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
Description
Summary:Tulisan ini membicarakan perubahan dalam dunia militer di Sumatera Tengah pada masa perang mempertahankan kemerdekaan Indonesia. TKR yang dibentuk pada tanggal 5 Oktober 1945 memiliki dua komandemen, yaitu Komandemen Jawa dan Komandemen Sumatera. Komandemen Sumatera terdiri atas enam divisi, salah satu di antaranya adalah Divisi III/Banteng di Sumatera Tengah, meliputi wilayah Sumatera Barat dan Riau. Sejak awal tahun 1948 Divisi III diubah menjadi Divisi IX/Banteng TNI, dipimpin oleh seorang panglima (Kolonel Ismael Lengah), dan memiliki 22 batalyon sebagai pasukan tempur. Divisi IX/Banteng berhasil melindungi eksistensi PDRI yang bermarkas di Sumatera Barat, sehingga Belanda tidak berhasil melenyapkan RI melalui Agresi Militer II. Setelah munculnya indikasi Belanda mengakui kedaulatan RI, maka pemerintah RI merasa perlu melakukan penciutan terhadap angkatan perang melalui Program Reorganisasi dan Rasionalisasi. Dalam konteks itulah Divisi IX/Banteng yang punya panglima sendiri, diturunkan statusnya menjadi sebuah brigade di bawah komando Medan. Jumlah batalyon dikurangi secara drastis dari 22 menjadi 4 batalyon sehingga ribuan prajurit terpaksa diberhentikan.
ISSN:2087-5010
3047-9444